Monday, February 3, 2014

Sajak malam~

Selamat malam, Tuan.
Mungkin alismu bertautan saat membaca tulisanku ini. Entah ada angin apa, tapi dadaku terlalu riuh menggebu untuk kemudian jemari ini bertutur tentang segala risau dalam hati. Apa kakimu telah melangkah keluar pada malam kali ini, Tuan? Ah, mungkin kau terlalu nyaman pada singgasanamu hingga kau lupa jika kau telah mengucap sebuah janji untuk menemuiku di sebuah padang gersang malam ini.
Tuan,
Aku ingat ketika pertama kali kau membawaku ketempat ini dan menunjukkan Venus padaku. Mencari pada setiap sudut gelap sambil kau cincingkan kelopak matamu dan terus menerka apakah itu Venus atau bukan. Emm.. mungkin kau enggan keluar karena malam ini tak berbintang.
Tuan,
Kita telah berjanji untuk bertemu di malam ini. Kapan kau akan datang? Aku hanya ingin merasakan getaran nafasmu saat kau biarkan kepalaku jatuh di pundakmu. Mendekap perlahan dan akhirnya kita saling menatap. Kau tahu, Tuan? Jelaga matamu telah membawaku pada keindahan yang bertubi-tubi. Menyudutkanku di batas damba yang merangsuk maju tanpa henti. Sepertinya ini rindu. Ah, aku terlalu fokus pada keindahanmu dan segala kenangan kita. Bukankah kau telah memutuskan untuk berhenti mencintaiku pada minggu ketiga bulan lalu, Tuan? Maaf, sekali lagi aku minta maaf.
Dan malam semakin purba. Menyisakan hikayat kelam. Perihal rindu yang tak sempat kugenapkan. Tentang sua yang tak tersampaikan perjumpaan. Aku mencintaimu, Tuan. Dan ketika kutemui fajar yang usai menciumi rerumputan, aku pastikan tanganku masih mendekap lututku di tempatku menghabiskan malam kali ini. Hingga kini, tak sengaja mulutku merapal puisi-puisi yang menggenang di antara hujan. Menyatu bersama buih-buih kesepian. Larut dalam kubang luka paling dalam.
Tuan, kapan kau akan mencintaiku lagi?
            Semoga sabar tak pernah meninggalkan debar. Setia menggema di dalam dada. Meski luka mengemas rintik hujan di kedua pelupuk mata. Esok, Sebelum mengatup kembang di taman dicumbu embun. Telah kudendengkan nyanyian perih tentang penantian. Sebab gelisah hanya sampai pada pasrah. Rindu begitu mudah dibuat goyah. Untuk yang terakhir, Selamat malam dan selamat memjam, Tuan. Semoga mimpimu terangkai manis sampai esok pagi.

Tertanda,



Kekasihmu ˘)ε˘`)