Selamat malam, Tuan.
Mungkin alismu
bertautan saat membaca tulisanku ini. Entah ada angin apa, tapi dadaku terlalu
riuh menggebu untuk kemudian jemari ini bertutur tentang segala risau dalam
hati. Apa kakimu telah melangkah keluar pada malam kali ini, Tuan? Ah, mungkin
kau terlalu nyaman pada singgasanamu hingga kau lupa jika kau telah mengucap
sebuah janji untuk menemuiku di sebuah padang gersang malam ini.
Tuan,
Aku ingat ketika
pertama kali kau membawaku ketempat ini dan menunjukkan Venus padaku. Mencari
pada setiap sudut gelap sambil kau cincingkan kelopak matamu dan terus menerka
apakah itu Venus atau bukan. Emm.. mungkin kau enggan keluar karena malam ini tak
berbintang.
Tuan,
Kita telah berjanji
untuk bertemu di malam ini. Kapan kau akan datang? Aku hanya ingin merasakan
getaran nafasmu saat kau biarkan kepalaku jatuh di pundakmu. Mendekap perlahan
dan akhirnya kita saling menatap. Kau tahu, Tuan? Jelaga matamu telah membawaku
pada keindahan yang bertubi-tubi. Menyudutkanku di batas damba yang merangsuk
maju tanpa henti. Sepertinya ini rindu. Ah, aku terlalu fokus pada keindahanmu
dan segala kenangan kita. Bukankah kau telah memutuskan untuk berhenti
mencintaiku pada minggu ketiga bulan lalu, Tuan? Maaf, sekali lagi
aku minta maaf.
Dan malam semakin
purba. Menyisakan hikayat kelam. Perihal rindu yang tak sempat kugenapkan. Tentang
sua yang tak tersampaikan perjumpaan. Aku mencintaimu, Tuan. Dan ketika kutemui
fajar yang usai menciumi rerumputan, aku pastikan tanganku masih mendekap
lututku di tempatku menghabiskan malam kali ini. Hingga kini, tak sengaja
mulutku merapal puisi-puisi yang menggenang di antara hujan. Menyatu bersama
buih-buih kesepian. Larut dalam kubang luka paling dalam.
Tuan, kapan kau akan
mencintaiku lagi?
Semoga sabar tak pernah meninggalkan
debar. Setia menggema di dalam dada. Meski luka mengemas rintik hujan di kedua
pelupuk mata. Esok, Sebelum mengatup kembang di taman dicumbu embun. Telah
kudendengkan nyanyian perih tentang penantian. Sebab gelisah hanya sampai pada
pasrah. Rindu begitu mudah dibuat goyah. Untuk yang terakhir, Selamat malam dan selamat memjam, Tuan.
Semoga mimpimu terangkai manis sampai esok pagi.
Tertanda,
Kekasihmu (˘⌣˘)ε˘`)